Archive

Posts Tagged ‘Yohanes’

Kesanggupan Melihat Kesalahan Orang Lain Tanpa Ada Kritikan

January 17, 2011 Leave a comment

pillow-fight_~tow0032 Kritik adalah kecaman disertai dengan uraian yang pada akhirnya bisa menjadi celaan atau hinaan atau cemooh. Kritik terjadi karena ada yang tidak sesuai baik secara pandangan, ide, atau gagasan; ketidakseimbangan atau ketidakcocokan dalam pola pikir. Tuhan Yesus dan Paulus juga banyak menyampaikan kritik, namun kritik yang mereka berikan adalah kritik yang membangun (Wahyu 2:2-5). Pada zaman gereja mula-mula, ada ratusan jemaat kecil, namun ketujuh jemaat ini diangkat mewakili jemaat Tuhan pada akhir zaman ini. Kritik yang pedas disampaikan kepada jemaat Tuhan di Efesus karena mereka telah meninggalkan kasih mereka yang semula (Wahyu 3:15-16). Alkitab tidak melarang adanya kritik selama kritik itu membangun jemaat.

Naomi memberikan kritik (masukan/gagasan) kepada Rut dalam Rut 2:22-23 supaya ia mengikuti pengerja-pengerja perempuan Boas. Yesus juga mengkritik orang-orang yang walaupun mempunyai pemahaman luar biasa akan kitab Taurat namun tidak mengenal Yesus yang adalah Mesias (Lukas 12:54-56, Matius 16:2-4). Paulus juga mengkritik jemaat di Galatia karena mereka hampir saja kembali lagi kepada hukum Taurat (Galatia 3:1).

Alkitab tidak melarang kritik/dorongan dari kita kepada orang lain, atau dari orang lain kepada kita. Namun satu hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan sebuah kritik adalah kritik tersebut harus mempunyai sebuah solusi. Ketika orang-orang Farisi membawa perempuan yang berzinah ke hadapan Yesus, Yesus tidak mengkritik perempuan itu. Ia memberikan solusi, yaitu agar wanita itu bertobat dan jangan berbuat dosa lagi. Yesus juga memberikan solusi, bukan tuduhan, kepada wanita Samaria yang bertemu dengan Yesus di sebuah sumur. Intinya, tidak ada masalah dengan kritik, selama kritik itu membangun. Jemaat di Asia Kecil dibangun oleh kritik-kritik Paulus dalam surat-suratnya.

Setiap hari kita banyak melihat kesalahan orang lain dan orang lain pun tidak jarang melihat kesalahan kita. Yang perlu kita ingat, ketika kita melihat kesalahan orang lain, jangan kita menghakimi orang itu. Yesus tidak menghakimi ketika Ia ada di dunia ini (Lukas 9:51-56).  Ketika orang-orang Samaria tidak mau menerima Dia dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, murid-murid Yesus ingin berdoa supaya api turun dari langit dan membinasakan orang-orang Samaria itu. Tapi apa yang Yesus lakukan? Ia tidak menghakimi mereka, justru Ia menegor murid-murid-Nya dan memilih untuk pergi ke desa lain. Tuhan Yesus tidak menilai kesalahan manusia secara berlebihan. Kita pun perlu melakukan hal yang sama, supaya orang lain jangan menjadi kecewa dan lemah imannya.

Nah, bagaimana kita mengaplikasikan hal ini dalam kehidupan kita sehari-hari?

Ingatlah, cara pandang Allah adalah kasih (Ayub 36:5). Tuhan tidak memandang hina walaupun kita melakukan kesalahan yang sangat besar. Allah penuh dengan kasih kepada umat manusia. Itulah cara pandang Allah yang diteladani oleh Paulus (Mazmur 22:25).

Lalu, bagaimana caranya kita bisa memberi kritik kepada orang lain tanpa menjatuhkan orang itu?

  • Milikilah cara pandang Allah

    valentine_hearts_clip_art Allah tidak memandang hina orang yang salah, kita pun seharusnya juga tidak memandang hina orang lain yang bersalah kepada kita.  Maaf dan permakluman Allah sungguh luar biasa. Ia menunggu dengan sabar untuk semua orang bertobat. Tuhan begitu panjang dan lebar dalam kasih-Nya.

    Mikha 7:19 menuliskan, “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” Tubir laut adalah tempat yang paling dalam di dalam laut. Bayangkan, Tuhan melemparkan dosa-dosa kita ke dalam tubir laut, tempat yang paling dalam, dan Ia tidak mengingat-ingatnya lagi.  Betapa kita pun perlu meneladani hal ini.

  • Penuhilah hati kita dengan kasih

    Kasih tetap berlaku apapun kemasannya. Kasih bisa berbentuk keras; kemasannya tidak selalu lemah lembut. Allah mungkin tidak tega melihat kita menangis, tapi Ia akan berkata “Belum waktunya” untuk kebaikan kita.

    Kita baru bisa menyuarakan kasih jika hati kita penuh dengan kasih (I Petrus 4:8, I Korintus 13:5). Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kritik harus bermuatan kasih, tulus, jujur dan apa adanya.

  • Penuhilah hati kita dengan buah-buah Roh

    Salah satu buah Roh adalah penguasaan diri (Galatia 5:23). Penguasaan diri berarti ada rem atau kontrol dalam hidup kita (Ayub 27:3-6). Berikan keleluasaan bagi Roh Allah untuk berkarya dalam hidup kita.

  • Penuhilah hati kita dengan Firman Tuhan

    Kritik harus berdasarkan Firman Tuhan, karena Firman Tuhan berfungsi mengajar, menyatakan kesalahan dan membawa kita semakin mengerti kehendak Tuhan (II Timotius 3:16). Firman Tuhan adalah kebenaran dan harus menjadi kompas dalam hidup kita(Yohanes 7:17). Saat hidup kita dipenuhi oleh Firman Tuhan, yang keluar dari mulut kita pasti Firman Tuhan. Kalau hidup kita kosong, yang keluar adalah pemikiran-pemikiran kita yang terbatas. Firman Tuhan dan Roh Kudus bagaikan dua sayap bagi kita. Berikanlah kritik dengan segala kesabaran dan pengajaran (II Timotius 4:2).

  • Mempunyai kesadaran sepenuh-penuhnya bahwa hidup kita pun masih banyak kesalahan

    Dalam keberadaan kita sebagai manusia, pasti masih ada sisi-sisi yang penuh dengan kesalahan. Kita bukan manusia yang sempurna; kehidupan kita belum mencapai kesempurnaan. Hanya Tuhan yang bisa menilai apakan kita sudah sempurna (Matius 7:1-2). Sadarlah kita bukan manusia yang sempurna. Posisikan diri kita pada posisi orang lain dan milikilah empati yang lebih. Kita harus punya cermin agar kita bisa mawas diri. Seberapapun kuatnya kita, kita masih punya kelemahan.

  • Milikilah semangat dalam memberi damai sejahtera dan membangun sesama kita

    Ada orang-orang yang merasa puas sekali jika ia sudah berhasil menjatuhkan orang lain. Kita sebagai anak-anak Tuhan, harus berdiri di tempat yang berbeda. Kita harus punya semangat untuk membangun damai sejahtera, sepahit apapun situasinya. Jangan kita menjadi batu sandungan bagi orang lain (I Korintus 10:32). Apapun situasinya, kejarlah damai sejahtera dan yang membangun (Roma 14:19). Titus 1:13 berkata agar kita menegur orang lain dengan tegas supaya orang itu bisa sehat dalam iman. Koridornya damai sejahtera dan membangun.

prayers_4791c Berikut ini beberapa kiat untuk menyampaikan kritik dengan baik:

  • Sampaikan kritik secara pribadi (II Samuel 12:1, Matius 18:15). Ketika Daud berbuat dosa, Natan datang secara pribadi kepada Daud untuk menegor dia dan menyadarkannya dari kesalahannya.
  • Sampaikan dengan benar, tulus, dan jujur, serta penuh dengan kemurnian (I Timotius 5:12). 
  • Pilih waktu dan suasana yang sebaik-baiknya. Pilihlah kata-kata yang penuh hikmat (Kolose 3:16-17). Sebaiknya kita berdoa dulu, meminta hikmat dari Tuhan, supaya perkataan Kristus dengan segala kekayaan-Nya (kekayaan hikmat) diam dalam diri kita.
  • Berdoa minta pimpinan Roh Kudus, agar kita menjadi garam dan terang, menjadi berkat.
  • Jika memang diperlukan, ajak hamba Tuhan. Ajaklah orang yang dituakan secara rohani.

Mendidik dalam bahasa Galatia sama artinya dengan mencambuk. Ketika kita mengkritik orang lain, kurang lebih akan dirasakan seperti cambukan. Begitupun ketika kita menerima sebuah kritik. Karena itu, ingatlah kritik diberikan untuk membangun dan dibangun, untuk kebaikan kita semua. Mari menjadi berkat !

(Kak Yudi)

Kesanggupan Mengasihi Tanpa Syarat (2)

July 28, 2010 Leave a comment

lindy Sifat Allah adalah kasih. Tuhan tetap mengasihi manusia walaupun terkadang manusia lupa, bahkan tidak, mengasihi Tuhan. Dalam hidup ini, begitu banyak hal, baik besar maupun kecil, yang mengingatkan kita akan kasih Tuhan. Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengasihi Tuhan atau tidak bersyukur kepada-Nya. Semua yang  Tuhan beri dan lakukan buat kita, selalu tanpa syarat. Semua yang paling baik Tuhan beri dalam hidup kita. Udara, kesehatan, berkat jasmani dan rohani, bahkan Yesus, diberikan-Nya untuk kita.

Janji penyelamatan sudah ada sejak sesaat setelah manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3: 15-21). Ayat 15 dalam pasal ini berbunyi, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Jauh sebelum peradaban manusia ada, sejak dari Taman Eden, sesaat setelah manusia jatuh dalam dosa, Allah sudah berjanji tentang pengorbanan Yesus. Yesus yang adalah keturunan dari Hawa, namun dikandung bukan dari benih seorang lelaki, melainkan oleh Roh Kudus, akan meremukkan keturunan iblis.

myspace_christmas_clipart02 Yesus mengasihi kita secara TOTAL. Ia tidak menyayangkan keberadaan-Nya yang mulia sebagal Allah, melainkan Ia rela menderita dan berkorban demi keselamatan Saudara dan saya (I Timotius 6:16). Kejatuhan manusia dalam dosa, bukanlah kegagalan Allah, bukan pula ketidaksempurnaan Allah, malah sebaliknya, hal itu menunjukkan satu hal lagi yang Allah berikan untuk kita – KEHENDAK BEBAS. Allah ingin manusia dengan kehendaknya sendiri, datang untuk menyembah dan memuliakan Tuhan.

Yesus pun memiliki kehendak bebas ketika Ia berada di dunia. Tapi Ia tidak menggunakan kehendak bebas-Nya itu untuk kesenangan-Nya sendiri, melainkan Ia menjalankan kehendak Bapa di dunia ini (Filipi 2:5-7). Lukas 22:42 menggambarkan pergumulan Yesus di Taman Getsemani menghadapi bayangan penderitaan salib. Yesus membuat sebuah pilihan malam itu, pilihan untuk meminum cawan murka Allah. Hal ini tentu bukan pilihan yang mudah, tapi Ia membuat pilihan itu UNTUK KITA ! Kalau Yesus mau, Ia sanggup memanggil 12 pasukan, kurang lebih 72 ribu, malaikat, untuk membela-Nya (Matius 26:51-54). Tapi Yesus ingin menggenapi kasih Allah kepada manusia.

love-you-shirt Yesus membuktikan kasih-Nya yang luar biasa dengan cara melayani manusia. Ketika Ia selesai memberi makan lima ribu orang, orang-orang ingin mengangkat Dia sebagai Raja (Yohanes 14:31), tapi Ia malah menyelinap pergi. Yesus datang untuk menebus dosa manusia, untuk melayani kita.

Bangsa Israel generasi pertama adalah orang-orang yang tidak meresponi Firman Tuhan. Walaupun Tuhan telah menunjukkan begitu banyak mujizat dan penyertaan-Nya, mereka terus-menerus bersungut-sungut dan mencobai Tuhan. Ketika mereka membutuhkan air di padang gurun, Tuhan memancarkan air dari gunung batu. Air yang dikeluarkan untuk memberi minum bangsa yang besar itu tentu tidak mungkin hanya beberapa tetes, tapi pasti seperti sungai, namun dengan bebalnya orang Israel tidak menghargai pemberian Tuhan itu.

Kita sedang hidup dalam zaman kasih karunia (I Tesalonika 5:9). Akan ada saatnya kasih karunia itu ditutup. Terus pelihara kasih Allah dalam hidup kita. Jangan sia-siakan waktu yang ada ini. Yesus sanggup mengubahkan Zakheus. Ia pun sanggup mengampuni perempuan berzinah yang dihadapkan kepada-Nya. Betapa besarnya kasih Allah bagi kita. Di Surga, Ia terus berdoa bagi orang-orang kudus (Roma 8:27). Kita adalah bagian dari Dia, Ia merasakan apa yang kita rasakan.

Kasih adalah perintah (Matius 22:37-39). Keluarga, teman-teman, pasangan, orang-orang terdekat, bisa memberi kita berbagai macam benda dan kasih sayang, tapi hanya Yesus yang memberi kita kasih AGAPE, yang tanpa syarat, lewat pengorbanan salib. Ia tidak melihat keberadaan kita ketika menghadapi penderitaan salib. Ia berkorban untuk kita walaupun pada saat itu kita masih hidup dalam dosa.

4CDC7DDB873E435191BB422C033812BB Ketika kita mengasihi Tuhan (vertikal), kita pun dituntut untuk mengasihi sesama kita (horizontal). Tuhan tidak menyebut kasihilah orang yang mengasihimu, atau kasihilah orang yang memberimu makan, atau kasihilah orang yang mengulurkan tangannya untukmu. Ia hanya berkata kasihilah sesamamu manusia, artinya tidak memandang suku bangsa, ras, agama, warna kulit, kekayaan, usia, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, SEMUA SESAMA MANUSIA harus dikasihi. Hiduplah dalam kasih (Yohanes 14:21, Efesus 5:2). Kasih sebagai patokan; kasih selalu ada bersama kita; kita berjalan dalam kasih.

Kasihilah sesama kita manusia dengan sepenuh hati, seperti saudara sendiri (Roma 12:10). Kita pasti bisa belajar mengasihi orang lain. Memang bukan sesuatu yang mudah, tapi kita pasti mampu. Kita dimampukan oleh Roh Kudus. Roh Kudus melembutkan hati kita, untuk bisa menerima orang lain apa adanya, sebagaimana Tuhan telah menerima kita apa adanya.

Mengasihi adalah identitas kita (I Yohanes 2:10). Kalau kita katakan kasih adalah identitas, artinya kalau kita tidak mengasihi, kita kehilangan identitas kita. Yuk.. kita belajar mengasihi Tuhan dan sesama dengan lebih sungguh lagi. Ingat, kasih Tuhan memberi teladan bagi kita untuk bisa mengasihi tanpa syarat ! Tuhan memberkati.

(Kak Yudi)

Kesanggupan Mengasihi Tanpa Syarat (1)

July 20, 2010 Leave a comment

emoticon-owner Karakter adalah citra diri, image atau gambaran diri kita. Citra diri kita adalah gambaran yang dimiliki orang banyak tentang diri kita. Apa yang keluar dari diri kita menggambarkan karakter kita. Kejadian 1:26-27 menuliskan bahwa manusia dibentuk oleh tangan Allah sendiri. Betapa mulia dan berharganya manusia di mata Allah! Karakter Allah ditanamkan kepada manusia lewat tangannya sendiri.

Iblis adalah pencuri karakter Allah (Yohanes 10:10a). Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia kehilangan sifat Allah. Manusia selalu gagal membangun kembali karakter Allah dalam dirinya. Manusia berusaha membangun menara Babel yang tingginya sampai ke langit namun gagal. Nebukadnezar berusaha untuk meninggikan dirinya namun justru direndahkan oleh Tuhan. Lewat Yesus, kita menjadi ciptaan yang baru. Karya Yesus  lewat penderitaan salib telah menyelamatkan manusia dan membangun citra Allah, karakter Allah dalam diri manusia (Yohanes 3:30).

Salah satu karakter Yesus adalah kesanggupannya untuk mengasihi tanpa syarat, tanpa melihat rupa. Yohanes 3:16 tertulis bahwa, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ayat tersebut menuliskan setiap orang, bukan hanya saya, dan bukan hanya engkau. Mengasihi adalah kata kerja aktif, begitupun kasih yang diberikan Yesus kepada kita, kasih-Nya bersifat aktif. Pelayanan Yesus selalu penuh kasih.

Saat kasih Yesus bekerja, perlahan-lahan karakter Allah dikembalikan kepada kita dan terus disempurnakan dari waktu ke waktu, sampai akhirnya menjadi sempurna. Kita ditransformasikan atau diubahkan kembali kepada image atau gambaran Allah, dari kemuliaan sampai pada kemuliaan (II Korintus 3:18). Saat kita menerima Roh Kudus, karakter kita terus disempurnakan. Semakin kita meluaskan Roh Kudus bekerja dalam hidup kita, semakin kita memiliki karakter Allah itu.

Holy_Spirit Setelah Paulus dipenuhkan oleh Roh Kudus, pelayanannya semakin menjadi berkat, di manapun ia berada. Stefanus, yang penuh oleh Roh Kudus, sanggup mengasihi orang-orang yang merajam dia sampai mati (Kisah Para Rasul 6:5, 7:60). Hidup kita sering bertentangan dengan Firman Tuhan, karena itu mintalah agar Roh Kudus selalu memimpin hidup kita.

Menjadi ciptaan baru mempunyai arti yang sangat luar biasa. Kita seperti Adam, yang telah jatuh dalam dosa, tapi dibarui kembali (II Korintus 5:17). Secara jasmani, kita keturunan Adam; tapi secara rohani, kita keturunan Yesus. Kita pun dituntut untuk bisa mengasihi tanpa syarat, seperti Yesus. Yesus mampu mengasihi tanpa syarat, karena:

  • Ia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30)
  • Seluruh kepenuhan Allah berdiam dalam Dia (Kolose 2:9, 1:19)

Kasih di dalam dunia ini selalu bersyarat (kasih filio), namun Roh Kudus memampukan kita untuk mengasihi tanpa syarat. Tetaplah ambil bagian dalam pelayanan walaupun mungkin orang lain tidak. Tetaplah setia walaupun orang lain tidak setia. Biarlah ketekunan kita dalam Tuhan, kesetiaan kita dalam mengiring Tuhan, tidak bersandar pada apa yang orang lain putuskan dalam hidup mereka.

Setelah keluar dari negeri Mesir, orang Israel berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun, padahal sebenarnya hanya butuh 2-4 minggu saja untuk sampai ke negeri Kanaan. Seluruh generasi itu yang congkak dan tinggi hati mati di padang gurun. Generasi baru yang dipimpin oleh Yosua; merekalah yang bisa masuk ke tanah perjanjian itu.

love-2 Pertanyaannya sekarang, maukah kita sevisi dengan Bapa? Memang tidak mudah, tidak menyenangkan secara daging. Lawan kasih, bukanlah kebencian, tapi keegoisan, selfish, cinta akan diri sendiri. Lihatlah Kristus Yesus yang telah menjadi teladan bagi kita. Tinggallah dalam Yesus (Yohanes 15:5) sebab di luar Tuhan kita tidak mampu berbuat apa-apa. Saat kita ikut Tuhan, kita harus rela dibentuk. Peliharalah Roh Kudus, karena Ia yang menggerakkan kita, Ia yang menguatkan kita, Ia yang memampukan kita. Zakheus si pemungut cukai pun mampu diubahkan oleh Tuhan, apalagi kita. Milikilah kasih tanpa syarat itu, Tuhan memberkati !

(Kak Yudi)

Pelayanan Harus Jadi Nomor 1? Selalu?

March 18, 2010 Leave a comment

Visi Tuhan dijabarkan dalam Matius 20:28, “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Yesus yang adalah Raja di atas segala Raja, rela datang ke dunia dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2: 5-7). Siapakah Yesus? Ia adalah pokok anggur dan kitalah rantingnya (Yoh 15:5). Ia adalah kepala tubuh (Kol 1:18), Anak yang sulung (Roma 8:29), serta Batu penjuru (I Pet 2:6). Di Yerusalem, tiang pintu dibuat dari berbagai batu, namun ada satu batu yang merupakan batu penjuru. Kalau batu penjuru itu dicabut, seluruh tiang itu akan roboh.

Sebagai orang percaya, panggilan kita adalah menjadi serupa dengan Yesus (Roma 12:1-2). Apa yang menjadi visi dan misi Yesus, yaitu melayani, haruslah menjadi visi dan misi kita. Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita adalah Kristen anak. Anak belum mengerti tentang hak dan kewajibannya, yang bisa mereka lakukan adalah meminta dan meminta. Ketika kita bertumbuh, kita menjadi Kristen dewasa, yang sudah mengerti hak dan kewajibannya. Kristen dewasa akan menjadi Kristen hamba/pelayan, yang memiliki kerinduan untuk melayani Bapanya. Kemudian dalam Yoh 15:15, dikatakan kita lalu menjadi Kristen sahabat, yang mengerti kerinduan Tuhan, dan selalu rindu untuk mengerjakan visi dan misi Tuhan.

Pertanyaan itu kembali muncul, apakah pelayanan harus jadi nomor satu? Jawabannya, YA ! Pelayanan harus jadi prioritas utama dalam hidup kita. Kalo begitu, apa kita harus SELALU ada di gereja, 24-7 siap melayani? Satu hal yang perlu kita mengerti adalah pelayanan itu sangat luas bentuknya. Mungkin kita tidak ada di gereja setiap hari, setiap menit, setiap detik; tapi kita menjadi saksi dalam perkataan dan perbuatan kita, menjadi berkat dalam dunia studi dan kerja; ini pun merupakan pelayanan. Berdoa, mengunjungi yang sakit, bahkan hal simple seperti mengirim SMS berupa ayat-ayat Firman Tuhan; semua ini merupakan bentuk-bentuk pelayanan.

Pelayanan adalah ekspresi kasih kita kepada Tuhan. Tuhan tidak melihat pelayanan yang kelihatan di mata manusia; Tuhan melihat motivasi di balik pelayanan itu. Adakah hati kita benar-benar tertuju kepada Tuhan ketika kita melayani? Apakah kita benar-benar memuliakan Tuhan dalam setiap pelayanan kita? Biarlah melayani menjadi semangat dan kerinduan kita, menjadi detak jantung kita.

Nah, kalo kita dihadapkan pada pilihan antara melayani atau berkumpul dengan keluarga serta orang-orang terdekat, gimana dunkz? Tanggal 14 Februari kemaren adalah hari Imlek namun juga merupakan hari minggu. Mana yang harus kita pilih? Apakah kita harus memilih? Berkumpul dengan keluarga tentu saja sangat penting, namun mari kita meluangkan waktu baik sebelum maupun sesudah berkumpul dengan keluarga, untuk beribadah kepada Tuhan. Melakukan hal ini tentu saja tidak semudah mengucapkan dengan kata-kata. Kalau kita belom bisa karena keluarga belum mendukung, selalu bawa dalam doa, agar Tuhan melembutkan hati keluarga kita.

Seperti sebuah quote yang tentu pernah kita dengar, “God doesn’t call the equipped; He equips the called”, Tuhan tidak perlu mereka yang ahli untuk melayani Dia, karena Ia sanggup memperlengkapi mereka yang terpanggil. Kalau kita diajak untuk melayani dalam bidang yang mungkin bukan merupakan keahlian kita, jangan berkecil hati. Tuhan mampu memperlengkapi kita untuk pekerjaan pelayanan-Nya. Menjadi seorang ahli, tentu mulai dari hal-hal yang kecil, yang dasar, ga mungkin langsung ke yang besar. Karena  itu, jangan takut untuk mencoba dan kalau benar-benar bidang itu adalah panggilanmu, kerjakan dengan setia dan tekun untuk Tuhan.

Kadang kita mengalami hal-hal yang dilematis dalam kehidupan kerja. Bagaimana kita menjadi garam dan terang dunia kalau kepentingan kita yang jadi taruhannya? Misalnya bos kita mengeluarkan kebijakan baru yang merugikan karyawan, trus semua orang sahut-sahutan memprotes hal itu. Sebagai anak Tuhan, kita diperbolehkan untuk memperjuangkan hak-hak kita, tapi hati-hati, jangan sampai ada kata-kata kutuk yang keluar dari mulut kita. Jangan sampai perkataan kita menjadi batu sandungan buat orang lain. Kita pun boleh bersikap professional dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik, jika hasil akhir dari negosiasi itu kurang memuaskan bagi kita.

Jadi sekali lagi ditekankan bahwa melayani haruslah menjadi prioritas utama dalam hidup kita karena Tuhan pun meneladankan hal yang sama, bahwa Ia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani. Namun perlu diingat, bahwa bentuk pelayanan sangat luas. Pelayanan dapat diterjemahkan dalam banyak hal dan bisa kita lakukan dalam setiap segi kehidupan kita sehari-hari. Mari kita terbeban untuk aktif melayani Tuhan dan sesama; mari kita menjadi berkat; mari kita terus mengembangkan seluruh talenta yang kita miliki untuk kemuliaan-Nya. Haleluya !

(Kak Yudi)