Home > Renungan > The Art of Compliment and Critic – Seni Memberikan Pujian dan Kritik

The Art of Compliment and Critic – Seni Memberikan Pujian dan Kritik

happy-face-770659 Pujian dan kritik selalu saja menjadi dilema dalam kehidupan kita sehari-hari. Gimana yaa caranya memberi pujian tanpa merasa diri sendiri seorang penjilat? Atau gimana yaa caranya mengkritik orang lain tanpa bikin orang itu terluka atau kepahitan? 

PUJIAN

Budaya ketimuran kadang salah mengartikan pujian sebagai hinaan. Terkadang pujian seperti, "Eh, suara lo bagus lho!", ditanggapi dengan "Ah, ga ada uang receh nih.." Padahal mungkin pujian itu benar-benar ditujukan untuk mengapresiasi suara kita yang bagus. Pujian merupakan bentuk apresiasi kita kepada orang lain atas hasil pekerjaannya. Dalam Matius 25:21, tuan itu memuji hambanya sebagai hamba yang baik dan setia, karena ia ingin mengapre siasi atau menghargai usaha hambanya. Karena itu kalau orang lain memuji kita, cobalah untuk melihat ketulusan hatinya, jangan lalu dianggap sebagai hinaan. Dalam pujian, ada kuasa. Dalam hal ini, tentunya bukan pujian yang asal-asalan, tetapi pujian yang diberikan dengan hati yang tulus. 

Dalam memuji dan mengkritik diperlukan hikmat dari Tuhan. Apresiasi atau pujian yang bermanfaat adalah:

  • Pujian untuk usaha yang telah dilakukan, walaupun hasilnya mungkin tidak sesuai dengan harapan kita.
  • stamp_clip_art_12055Pujian yang diberikan dengan hati yang tulus, karena pujian itu akan memberi stigma, cap, memberikan rhema bahwa orang itu berharga. Banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab yang diberikan stigma, julukan yang baru dari Tuhan, contohnya Simon (buluh) menjadi Petrus (batu karang), Abram (Bapa yang agung) menjadi Abraham (Bapa orang beriman), Yakub (penipu) menjadi Israel (engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang). Gideon sebelum dipanggil Tuhan, adalah orang yang penakut. Ia mengirik anggur di tempat pembuatan gandum, artinya ia takut dan bersembunyi dari musuh Israel pada waktu itu. Tapi Tuhan angkat dia menjadi pahlawan yang gagah perkasa. Betapa berkuasanya stigma yang kita tancapkan kepada orang lain. Karena itu, jangan tempelkan stigma yang buruk pada orang lain.
  • Pujian yang memang layak diberikan. Kita patut memuji orang yang pantas dan layak dipuji.

KRITIK

Dalam lingkungan gereja, kita tentu sering mendengar kritikan, dari kritik yang hanya diceploskan untuk menghakimi orang lain sampai kritik yang benar-bener ditujukan untuk membangun orang lain. Kritik adalah seni mengkoreksi tindakan atau perkataan orang lainn yang tidak sesuai dengan norma pada umumnya. Kritik yang pedas rasanya bisa seperti silet yang merobek-robek hati kita.

point-right-2Tiga sahabat Ayub mengkritik Ayub ketika ia ditimpa dengan berbagai-bagai pencobaan. Mereka bukannya datang dengan kata-kata yang menghibur dan menyejukkan hati, malah kata-kata mereka cenderung menghakimi Ayub. Jangan sampai kita salah menyampaikan kritik kepada orang lain seperti sahabat-sahabat Ayub ini. Tuhan sendiri akhirnya menentang mereka dan memerintahkan mereka untuk meminta pengampunan dari Ayub.

Ada banyak motivasi orang ketika mengeluarkan sebuah kritik:

  • menyamakan tujuan atau persepsi masing-masing
  • tidak sevisi
  • memang suka sekali mengkritik orang lain

Kritik yang bermanfaat, yang membangun orang lain hendaknya:

  • mempunyai sasaran atau tujuan. Ketika kita memberikan kritik buat orang lain, hendaknya kritik kita itu mempunyai sasaran atau tujuan. Jika tidak, tidak ada gunanya kita mengucapkannya.
  • harus memberikan jalan keluar. Kritik tanpa jalan keluar cenderung berakhir pada penghakiman. Hanya Tuhan yang berhak menghakimi manusia. Siapakah kita ini, sehingga kita berpikir kita layak menghakimi orang lain? Kritik tanpa jalan keluar cenderung berakhir pada gosip. Setiap kali kita hendak mengkritik orang lain, coba pikirkan, apakah saya menjadi bagian dari proses mencari jalan keluar? Jika jawabannya tidak, baiklah kita menutup mulut dan berdiam diri.
  • tidak mengandung kepahitan. Mungkin kita hanya bermaksud share kepada orang lain, namun coba pikirkan kembali apakah share kita itu memang bertujuan untuk menolong atau meminta tolong dari orang lain? Hati-hati, ketika kita membagi pengalaman pahit kita, orang lain bisa tertular pahitnya. Mari kita membiasakan share kepada Tuhan, karena hanya Dialah yang sanggup menghibur kita.
  • diberikan pada saat yang tepat. Jangan sampai kritik kita menimbulkan luka dalam hati orang lain.

Kritik yang Alkitabiah adalah kritik yang

  • menegur perbuatan atau perkataan orang lain, tapi bukan pribadi orang tersebut ataupun keluarganya.
  • diberikan jika ada dorongan dari Roh Kudus. Nabi Yehezkiel diutus Tuhan untuk menegur orang Israel agar kembali kepada Tuhan. Ada ilham dari Tuhan ketika teguran itu disampaikan dan Yehezkiel tidak asal saja menegur orang Israel.

Kalau kritik yang kita berikan berkenan kepada Allah, walaupun menimbulkan gesekan di antara pribadi-pribadi yang terlibat, Tuhan pasti akan mendamaikan kita kembali. Ajak pemimpin untuk menjadi jembatan supaya di antara Jemaat Tuhan selalu ada kasih mesra dan damai sejahtera.

Ada tiga jenis orang di dunia ini, yaitu orang yang TIDAK dapat digerakkan, orang yang MUDAH digerakkan, dan orang yang BISA MENGGERAKKAN ORANG LAIN. Kita termasuk orang yang mana? Biarlah kita menjadi orang-orang yang menjadi berkat, menggerakkan orang lain, memotivasi orang lain lewat pujian dan kritikan kita yang penuh hikmat Tuhan. Tuhan memberkati !

(K Melly)

Categories: Renungan Tags: , , , ,
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment